Halaman

Minggu, 22 Juli 2012

Modoinding Akar Sejarah Minahasa


Didorong oleh rasa penasaran mengenai Sejarah Minahasa, maka penulis yang ‘orang kampoeng’ ini dengan bantuan koneksi internet seadanya, melakukan pencarian literatur bantuan yang bisa dijadikan sebagai acuan (setidaknya).

Salah satu yang bisa dimuat adalah yang disadur dari Wikipedia mengenai Sejarah Minahasa. Setelah membaca sekilas, sebagai ‘orang kampoeng’, penulis merasa bangga karena ternyata ‘kampoeng kita’ Modoinding merupakan cikal bakal penting berdirinya / terbentuknya Minahasa.

So, jangan mengaku orang Minahasa kalau kita tidak mengenal Modoinding, ‘kampoeng kita’ yang ternyata bukan hanya dikenal sebagai ‘kampoeng’ dengan berjuta pesona alam, yang limpahi dengan kesuburan tiada tara, tapi juga memang benar-benar ‘sepenggal eden’ di Minahasa, karena dari ‘kampoeng’ inilah kemudian orang Minahasa menyebar untuk mendiami dan mengisi setiap jengkal tanah Minahasa.....   sampai saat ini.

Berikut ini sadurannya :

Minahasa berasal dari kata MINAESA yang berarti persatuan, yang mana zaman dahulu Minahasa juga dikenal dengan nama MALESUNG.

Orang Minahasa dikenal dengan keturunan dari Toar – Lumimuut.

Sekitar abad I (Pertama) pemukiman leluhur terlebih dahulu berdiam di sekitar pesisir Likupang, lalu berpindah ke Pegunungan Wulur Mahatus (Modoinding), wilayah selatan Minahasa, kemudian berkembang dan berpindah ke Nieutakan (daerah sekitar Tompaso Baru saat ini)

Sejarah Orang Minahasa umumnya ditulis oleh orang-orang asing yang datang ke tanah ini, yang sebagian besar adalah misionaris gereja. Beberapa diantaranya :  Pdt. Schwarsch, J. Albr. Schwarz, Dr. JGF Riedel, Pdt. Wilken, Pdt. J. Wiersma.

Dalam sejarah Minahasa, terdapat tiga tokoh sentral terkait dengan leluhur orang Minahasa, yaitu Lumimuut, Toar, dan Karema.

Karema, dimengerti sebagai ‘manusia langit’, Lumimuut dan Toar adalah leluhur dan cikal bakal dari orang-orang Minahasa.

Kelompok-kelompok awal orang Minahasa ini (yang mendiami wilayah selatan Minahasa) kemudian berkembang biak dan bermigrasi ke beberapa wilayah di tanah Minahasa.
Dalam struktur kehidupan dan tradisi orang Minahasa pada waktu itu dibagi dalam tiga golongan yaitu :

Makarua Siow (2x9) : para pengatur ibadah dan adat
Makatelu Pitu (3x7) : para pengatur pemerintahan
Pasiowan Telu (9x7) : rakyat

Nama Minahasa itu sendiri menjadi lebih populer pada saat orang Minahasa berperang secara sporadis melawan Bolaang Mongondow. Diantara para pahlawan Minahasa dalam perang melawan Mongondow Bolaang adalah : Porong, Wenas, Dumanauw, dan Lengkong (dalam perang dekat desa Lilang), Gerungan, Korengkeng, Walalangi (perang dekat Panasen, Tondano), Wongkar, Sayow, Lumi, dan Worotikan (dalam perang bersama Amurang Bay).

Minahasa secara etimologi yang berasal dari kata Mina dan Esa (Minaesa atau Maesa) yang berarti jadi satu atau menyatukan, maksudnya harapan untuk menyatukan berbagai kelompok sub-etnis yang terdiri dari :

Tontemboan
Tombulu
Tonsea
Tolour (Tondano)
Tonsawang
Ponosakan
Pasan
Bantik

Nama Minahasa sendiri baru digunakan belakangan. Palar mencatat, berdasarkan beberapa dokumen sejarah disebut bahwa pertama kali yang menggunakan kata ‘minahasa’ itu adalah J.D Schierstein, Residen Manado, dalam laporannya kepada Gubernur Maluku pada 08 Oktober 1789. ‘Minahasa’ dalam laporan itu diartikan sebagai Landraad atau ‘Dewan Negeri’ (Dewan Negara) atau juga ‘Dewan Daerah’

Nama Minaesa juga muncul pada perkumpulan para ‘Tonaas’ di Watu Pinawetengan (batu pinabetengan). Nama Minahasa yang dipopulerkan oleh Residen J.D. Schierstein, tanggal 08 Oktober 1789, yaitu sehubungan dengan perdamaian yang telah dilakukan oleh kelompok sub-etnik Bantik dan Tombulu, akibat perang yang dikenal dengan nama ‘Perang Tateli’

Adapun suku Minahasa terdiri dari berbagai anak suku atau Pakasaan yang artinya kesatuan :

Tonsea (meliputi Kabupaten Minahasa Utara, Bitung, dan wilayah Tonsea Lama di Tondano)
Tolour (meliputi Tondano, Kakas, Remboken, Eris, Lembean Timur, dan Kombi)
Tontemboan (meliputi Kabupaten Minahasa Selatan, dan sebagian Kabupaten Minahasa)
Tombulu (meliputi Tomohon, sebagian Kabupaten Minahasa dan Manado)
Tonsawang (meliputi Tombatu, dan Touluaan)
Ponosakan (meliputi Belang)
Pasan (meliputi Ratahan)

Satu-satunya anak suku yang mempunyai wilayah tersebar adalah anak suku Bantik (meliputi Meras, Molas, Bailang, Talawaan Bantik, Bengkol, Buha, Singkil, Malalayang /Minanga, Kalasey, Tanamon, dan Somoit, yang mana wilayah2nya tersebar di perkampungan pantai utara dan barat Sulawesi Utara)

Masing-masing anak suku Minahasa mempunyai bahasa, kosa kata dan dialek yang berbeda-beda namun satu dengan yang lain dapat memahami arti kosa kata tertentu. Misalnya kata Kawanua yang berarti ‘satoe kampoeng’

Daftar Blog 'Orang Kampoeng'