Sebagai orang kampoeng, banyak hal yang mungkin tidak tergapai selagi muda. Dan yang paling menggoda adalah rayuan kejayaan kota. Hingar bingarnya, gaya hidup, kecanggihan dan segala macam kelebihan kota yang membuatnya menjadi sasaran yang dituju oleh semua lapisan umur, demi mengadu nasib, bertaruh peruntungan. Daya tarik yang sungguh luar biasa bagi Orang Kampoeng.
Tetapi sesungguhnya, daya tarik kota yang sensual telah membuat kita lupa pada pesona alam kampoeng yang eksotik,
Biarkan gambar bicara mewakili suara alam kampoeng yang bisu.
Adakah alasan bagi kita untuk mengingkari bahwa sesungguhnya, di hari tua kelak, kita merindukan pelukan alam kampoeng yang membelai hangat tapi memberi kesejukan, udaranya yang segar, kopi hitam kentalnya yang khas, keringat kita yang sehat, keheningannya di malam hari...
bayangkan jika hidup di kampoeng dengan terbebas dari Call Center Finance dan tagihan KPR Bank..
Semoga kelak, kita bisa bersantai di bangku taman, menikmati alam, kopi hitam, pisang goreng lalu tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan anak cucu kita dari kota, yang tak pernah sabar menanti waktu cuti kerja ataupun liburan sekolah... bukankah sebuah berkat, jika kita juga dirindukan...
Singkat saja,
seperti ada lirik lagu yang berbunyi
"haruskah kita beranjak ke kota, yang penuh tanda tanya?"
mungkin bisa seperti ini... (lirik selanjutnya)
"lebih baik di sini... rumah kita sendiri... dst..
.... segala nikmat dan anugerah Yang Kuasa....
.... semuanya... ada di.... sini..."
DI KAMPUNG
(All photos property of Pdt. Jhon Tilaar)