Halaman

Sabtu, 01 Juni 2013

Legenda Si Bawang Putih dan Cara Budidaya Yang Benar


I. Deskripsi
“Jika usia anda telah mencapai 50 tahun dan anda memakan bawang putih selama 50 hari, maka usia anda akan bertambah 50 tahun lagi”

Pepatah di atas sangat popular di negeri Cina, sebagai tempat asal bawang putih, Cina dan Jepang merupakan daerah yang sangat meyakini khasiat dari bawang putih terhadap kesehatan. Bawang putih dimasak dalam keadaan tidak diiris ataupun ditumbuk, bawang putih utuh hanya dikupas dan dibakar atau dimasukan langsung ke dalam amsakan untuk dikonsumsi.

Bangsa pertama yang mencatatkan khasiat bawang putih dalam sejarah mereka adalah Bangsa Mesir pada tahun 1500 SM (sebelum masehi) dalam sebuah Papyrus. Bangsa Mesir percaya ada 22 khasiat bawang putih untuk mengobati beragam penyakit. Salah satu bukti yang tentang khasiat bawang putih ini adalah penemuan bawang putih di dalam makam Raja Tutankhamun dan konsumsi bawang putih oleh pekerja-pekerja yang membangun makam tersebut sebagai penambah stamina.

Bangsa Rusia menjadikan bawang putih sebagai pengganti antibiotic dan menyebutnya sebagai penisilin Rusia. Bangsa Yunani dan Romawi menggunakan bawang putih untuk mengobati penyakit asma dan lepra, serta menggunakan bawang putih untuk menangkal kalajengking.

Sementara bangsa Perancis menggunakan herbal bawang putih untuk mengobati luka selama perang dunia pertama.

Bawang putih (Allium sativum L) selain merupakan jenis sayuran yang penting, juga
merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru ekonomi dalam pembangunan pertanian. Bawang Putih ini dianggap sebagai komoditas potensial terutama untuk subsitusi impor dan dalam hubungannya dengan penghematan devisa. 
Perkembangan terakhir (2006), impor bawang putih indonesia berjumlah 295 ribu ton dengan nilai tidak kurang dari US$ 103 juta atau sebesar Rp 927 milyar, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Masalah yang dihadapi dalam budidaya bawang putih sampai saat ini adalah varietas bawang
putih yang berkembang di indonesia umumnya memiliki potensi hasil yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan potensi hasil bawang putih di daerah subtropis. Bagitu pula tingkat
pengusahaanya terbatas di daerah dataran tinggi (> 800 m dpl). Dengan demikian dengan adanya jenis-jenis bawang putih yang cocok diusahakan di dataran rendah merupakan peluang baru dalam pembangunan pertanian khususnya untuk ekstensifikasi bawang putih dalam negeri bagi pemenuhan kebutuhan konsumsi bawang putih yang terus meningkat tiap tahunnya. 
Menurut data Susenas, konsumsi per kapita bawang putih penduduk indonesia mencapai 1,13 kg/tahun sehingga kebutuhan bawang putih nasional per tahun mencapai sekitar 250 ribu ton. D.I.Yogyakarta mempunyai varietas bawang putih dataran rendah yaitu Lumbu Putih.

I I . PERSYARATAN EKOLOGIS
· Tanaman bawang putih dataran rendah tumbuh pada hampir semua jenis tanah, namun yang
terbaik pada tanah bertekstur sedang (lempung sampai lempung berpasir).
· pH tanah yang cocok adalah 5,6 – 6,8 dan drainasenya baik.
· Walaupun umumnya bawang putih ini tahan suhu panas, namun hanya dapat tumbuh dengan
baik pada daerah yang memiliki suhu yang dingin (<25` c pada bulan-bulan tertentu).
· Suhu dingin tersebut diperlukan terutama pada saat pembentukan dan pembesaran umbi
tanaman. Di Indonesia, waktu tanam terbaik untuk bawang putih dataran rendah yaitu bulan Mei, Juni
atau Juli.
III. TEKNOLOGI BUDIDAYA
· Lahan dibuat bedengan dengan lebar bedengan 1,2 – 1,75 m, dengan jarak perit antar
bedengan 40 – 50 cm; sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan lahan yang tersedia.
· Kemudian diidtirahatkan sekitar 2 minggu, selanjutnya diolah 2 – 3 kali sehingga permukaan
tanahnya cukup halus.
· Sebelum penanaman, perlu dicek pH tanahnya, jika < 5,6 perlu dilakukan pengapurandengan
dosis 1,5 – 3, ton per ha.
· 2 – 3 hari sebelum tanam dilakukan pemberian pupuk dasar yaitu menggunakan pupuk
kandang (10 – 15 ton/ha) atau pupuk kompos (2 ton /ha) dan SP-36 sebanyak 200 – 300kg /ha.
· Umbi bibit yang telah siseleksi (dalam bentuk siung-siung) ditanam dibedengan dengan
kedalaman 1/4 – 1/2 tinggi siung bibit, kemudian ditutp dengan mulsa jerami padi setebal 3 – 5 cm.
· Pemupukan susulan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah
tanam dengan menggunakan campuran pupuk 200 kg ZA + 100kg Urea + 100 kg KCL per ha untuk setiap kali pemberian pupuk susulan. Caranya, pupuk disebar antara barisan tanaman kemudian diikuti dengan penyiraman.
IV. Pemeliharaan Tanaman
· Penjarangan dan Penyulaman
Bawang yang ditanam kadang-kadang tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau
faktor bibit. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam suatu lahan ada tanaman yang tidak tumbuh sama sekali, ada yang tumbuh lalu mati, dan ada yang pertumbuhannya tidak sempurna. Jika keadaan ini dibiarkan, maka produksi yang dikehendaki tidak tercapai. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam, seminggu setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya tampak tidak sempurna. Biasanya untuk penyualaman dipersiapkan bibit yang ditanam di sekitar tanaman pokok atau disiapkan di tempat khusus. Persiapan bibit cadangan ini dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman pokok.
· Penyiangan
Pada penanaman bawang putih, penyiangan dan penggemburan dapat dilakukan dua kali atau
lebih. Hal ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan selama satu musim tanam. Penyiangan dan penggemburan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3-2 minggu setelah tanam.
Adapun penyiangan berikutnya dilaksanakan pada umur 4-5 minggu setelah tanam. Apabila gulma masih leluasa tumbuh, perlu disiang lagi. Pada saat umbi mulai terbentuk, penyiangan dan penggemburan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar dan umbi baru.
· Pembubunan
Dalam penanaman bawang putih perlu dilakukan pembubunan. Pembubunan terutama
dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya
mengambil tanah dari selokan/ parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam sehingga drainase menjadi normal kembali. Pembubunan juga berfungsi memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman berdiri kuat dan ukuran umbi yang dihasilkan dapat lebih besar-besar.
· Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan dengan 2 tahap, yaitu sebelum tanam atau bersamaan dengan
penanaman sebagai pupuk dasar dan sesudah penanaman sebagai pupuk susulan. Unsur hara utama yang diperlukan dalam pemupukan adalah N, P, dan K dalam bentuk N, P2O5, dan K2O.
Unsur-unsurhara lainnya dapat terpenuhi dengan pemberian pupuk kandang. Perkiraan dosis dan waktu aplikasi pemupukan Bawang putih memerlukan sulfur dalam jumlah yang cukup banyak. Unsur ini mempengaruhi rasa dan aroma khas bawang putih. Oleh sebab itu, apabila menggunakan KCl sebagai sumber kalium, maka sebagai sumber nitrogen sebaiknya menggunakan pupuk ZA. Jika sebagai sumber nitrogen digunakan Urea, maka untuk sumber kalium sebaiknya digunakan ZK. Hal ini dilakukan agar kebutuhan sulfur tetap terpenuhi. Berdasarkan kebutuhan unsur hara di atas, jumlah pupuk yang akan digunakan dapat dihitung berdasarkan jenis dan kandungan unsur haranya.
Aplikasi pemupukan dilakukan dengan mebenamkan pupuk di dalam larikan disamping barisan tanaman seperti cara memberikan pupuk dasar. Penggunaan pupuk anorganik ini dapat diimbangi dengan pemberian pupuk organik maupun kompos yang diseseuaikan dengan kebutuhan tanaman.
· Pengairan dan Penyiraman
Pemberian air dapat dilakukan dengan menggunakan gembor atau dengan menggenangi
saluran air di sekitar bedengan. Cara yang terakhir dinamakan sistem leb. Penyiraman dengan
gembor, untuk bawang yang baru ditanam, diusahakan lubang gembornya kecil agar air yang keluar juga kecil sehingga tidak merusak tanah di sekitar bibit. Jika air yang keluar besar, maka posisi benih dapat berubah, bahkan dapat mengeluarkannya dari dalam tanah.
Pada awal penanaman, penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah tanaman tumbuh baik,
frekuensi pemberian air dijarangkan, menjadi seminggu sekali. Pemberian air dihentikan pada saat tanaman sudah tua atau menjelang panen, kira-kira berumur 3 bulan sesudah tanam atau pada saat daun tanaman sudah mulai menguning.
V . Panen
· Ciri dan Umur Panen
Bawang putih yang akan dipanen harus mencapai cukup umur. Tergantung pada varietas dan
daerah, umur panen yang biasa dijadikan pedoman adalah antara 90-120 hari. Ciri bawang putih yang siap panen adalah sekitar 50 prosen daun telah menguning/kering dan tangkai batang keras.
· Cara Panen
Bawang putih didaratan rendah biasanya telah siap dipanen pada umur 80 – 100 hari
tergantung keadaan kesuburan tanaman dilapangan. Ciri tanaman bawang putih siap dipanen, daun tanaman 50 % telah menguning atau kering dan tangkai batangnya sudah keras. Cara panen dapat dilakukan dengan pencabutan langsung terutama pada tanah yang ringan dan pencukilan dilakukan pada tanah-tanah bertekstur agak berat. Hasil tanaman diikat sebanyak 30 tangkai tiap ikat dan dijemur selama 1 – 2 minggu.
· Periode Panen
Tanaman bawang putih dapat dipanen setelah berumur 95-125 hari untuk varietas lumbu hijau
dan umur antara 85-100 hari untuk varietas lumbu kuning. Setelah pemanenan, lahan dapat ditanami kembali setelah dibiarkan selama beberapa minggu dan diolah terlebih dahulu atau dapat pula ditanami tanaman lainnya untuk melakukan rotasi tanaman.
V I . Pascapanen
Pengumpulan
Setelah dipanen dilakukan pengumpulan dengan cara mengikat batang semu bawang putih menjadi ikatan-ikatan kecil dan diletakkan di atas anyaman daun kelapa sambil dikeringkan untuk menjaga dari kerusakan dan mutunya tetap baik.
Penyortiran dan Penggolongan
Sortasi dilakukan untuk mengelompokkan umbiumbi bawang putih menurut ukuran dan mutunya.
Sebelum dilakukan penyortiran, umbi-umbi yang sudah kering dibersihkan. Akar dan daunnnya
dipotong hingga hanya tersisa pangkal batang semu sepanjang ± 2 cm.
Ukuran atau kriteria sortasi umbi bawang putih adalah
a) keseragaman warna menurut jenis.
b) ketuaan/umur umbi.
c) tingkat kekeringan.
d) kekompakan susunan siung.
e) bebas hama dan penyakit.
f) bentuk umbi (bulat atau lonjong).
g) ukuran besar-kecilnya umbi.
Berdasarkan ukuran umbi, bawang putih dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelas, yaitu.
a) kelas A: umbi yang diameternya lebih dari 4 cm.
b) kelas B: umbi yang diameternya antara 3-4 cm.
c) kelas C: umbi yang diameternya antara 2-3 cm.
d) kelas D: umbi yang kecil atau yang pecah dan rusak.
Penyimpanan
Dalam jumlah kecil, bawang putih biasanya disimpan dengan cara digantung ikatan-ikatannyadi atas para-para. Setiap ikatan beratnya sekitar 2 kg. Para-paranya dibuat dari kayu atau bambu dan diletakkan diatas dapur. Cara seperti ini sangat menguntungkan karena setiap kali dapur dinyalakan, bawang putih terkena asap. Pengasapan merupakan cara pengawetan yang cukup baik. Dalam jumlah besar, caranya adalah disimpan di dalam gudang.
Gudang yang akan digunakan harus mempunyai ventilasi agar bisa terjadi peredaran udara yang baik. Suhu ruangan yang diperlukan antara 25-30oC. Jika suhu ruangan terlalu tinggi, akan terjadi proses pertunasan yang cepat. Kelembaban ruangan yang baik adalah 60-70 prosen.
Pengemasan dan Pengangkutan
Untuk memudahkan pengangkutan bawang putih dimasukkan ke dalam karung goni atau karung plastik dengan anyaman tertentu. Alat pengangkutan bisa bermacam-macam, bisa gerobak, becak, sepeda atau kendaraan bermotor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf bila tidak bermanfaat..
Tapi bila bermanfaat, silahkan di share ke teman-teman yang lain...

Daftar Blog 'Orang Kampoeng'